Sunday, December 04, 2005

Mengapa Wonogiri Bisa Jadi Markas JEI?

Oleh : Lasma Siregar (Melbourne, Australia).


Mediakrasicom, Dunia Sudah Gila - Di selatan pulau Jawa di kota Wonogiri yang adem ayem, ada perkumpulan penulis surat pembaca. Seorang penggemar sepakbola, pembaca dan penulis yang bernama Bambang Haryanto mendirikan JEI atau Jaringan Epistoholik Indonesia.

Untuk jadi anggota tidaklah gampang dan tidak semua orang bisa diterima. Sekalipun dirimu Oma Irama, Gus Dur, Iwan Fals, Bob Hassan ataupun Mbak Tutut ! Soalnya anda harus mengidap sebuah 'penyakit' yang bernama Epistoholik atau kecanduan menulis surat pembaca.

Anthony Parakal dari Mumbay (Bombay) India sudah ketularan sejak tahun 1953. Di tahun 1992 menurut majalah TIME beliau sudah menulis surat pembaca sebanyak 3.760 surat ke seluruh surat kabar dunia yang berbahasa Inggris. Bayangkanlah hobinya !

Banyak orang yang bertanya, "Kok orang bisa kecanduan menulis surat pembaca? Apakah mereka kurang kerjaan atau perlu diperiksa dokter jiwa?"

Berbagai rupa manusia berbagai ragamlah kecanduannya. Ada yang gemar bermabuk-mabuk, kokain, berjudi di casino atau kumpul kebo. Ada yang kecanduan memancing ikan, ngumpulin perangko atau belajar tentang lautan dengan segala fauna dan floranya. Ada yang gemar mendaki gunung bahkan sampai tewas di gunung!
Saya pernah dengar ada orang yang kecanduan supernatural, sampai dipelajarinya tuyul, leak, Drakula di Rumania sampai persantetan di Banyuwangi dan sebagainya. Pokoknya ada sesuatu di sana yang menyebabkan kita tak bisa hidup bahagia tanpa kehadirannya. Ibarat kota Jogja tanpa gudeg, batik, kretek dan gamelannya yang merdu. Begitulah nasib seorang epistoholik di dunia ini!

JEI semangatnya egaliter sebagai wahana bersosialisasi, bertukar gagasan, berasaskan saling asah, asih dan asuh. Banyak orang di Australia yang bilang mereka menemukan sesuatu yang benar dan menarik di lembaran surat pembaca. Yang ditulis rakyat biasa dengan bahasa sederhana tanpa banyak hiasan kata hampa.

Kata orang, kalau mau tahu New York bacalah surat kabar, majalah dan bukunya. Baca surat pembacanya ! Jantung kota New York berdebar dalam kehidupan rakyatnya, aroma jalanan dan ributnya pasar di tengah sibuknya manusia yang kian kemari.

Sebelum menjadi anggota JEI, pikirkanlah baik-baik! Soalnya, sekali anda jatuh cinta tak mungkin berpisah lagi. Seperti seorang yang kecanduan, esok anda akan kembali menulis surat pembaca. Ingatlah nasehat mbahmu: "Sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna!"

Seandainya anda kepepet dan tak bisa ditahan-tahan lagi serta perlu P3K (Pertolongan Pertama Pada Ketularan), e-mail dengan segera markas JEI di epsia@plasa.com untuk pertolongan darurat. Bambang Haryanto selalu siap siaga untuk keadaan seperti itu.
Harap tenang dan teruslah menulis surat pembaca!

Para pengidap epistoholik yang dikagumi di Indonesia adalah Soeroyo dari Solo yang pensiun di tahun 1981 dan Hadiwardoyo dari Kaliurang yang berusia 80 tahun tapi berjiwa 18 tahun. Bukan main ! Mereka benar-benar penulis surat pembaca yang bermutu.

Dalam menulis mereka tak kalah kalau dibandingkan dengan Taufiq Ismail atau Pramudya Ananta Toer. Nggak percaya?

Bacalah surat-surat kabar di pulau Jawa atau internet (http://hwar.blogspot.com dan yang satunya lagi http://episto.blogspot.com).
Mau ketularan Epistoholik?
Go for it! Make your day !


(ls, melbourne).
22-12-2003 @ 01:05 AM
------------------------------------------------------------
Kirimkan komentar dalam artikel ini pada http://www.mediakrasi.com/article.php?story=20031222010514791#comments

------------------------

KELUARGA BESAR KOMUNITAS EPISTOHOLIK INDONESIA
BANGGA ATAS PRESTASI BAPAK HADIWARDOYO DAN BAPAK SOEROYO TERCATAT DI DAFTAR PRESTASI REPUBLIK AENG-AENG 2003

Oleh : Bambang Haryanto
Perintis/Juru Lalu Lintas Komunikasi Epistoholik Indonesia

Prestasi Bapak Hadiwardoyo (Kaliurang) dan Bapak Soeroyo (Solo) yang tercatat dalam daftar individu berprestasi dari Republik Aeng-Aeng, sungguh membanggakan bagi komunitas Epistoholik Indonesia (EI).

Kedua beliau adalah warga komunitas Epistoholik Indonesia, yaitu jaringan komunikasi para penulis surat pembaca se-Indonesia dan pantas sebagai teladan warga Epistoholik Indonesia. Sebagai suatu komunitas jaringan, atau network, misi utama EI adalah membangun komunitas para penulis surat pembaca se-Indonesia dimana antarwarganya bersemangat tulus, untuk saling memberi semangat kepada sesamanya, agar giat berkiprah menulis, guna menyumbangkan gagasan kritis yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Misi itu sudah dijalankan oleh kedua beliau, bahkan jauh sebelum bergabung dalam EI.

Bapak Hadiwardoyo (80 tahun) adalah penulis surat pembaca yang dedikatif untuk pelbagai surat kabar di Yogyakarta, sejak lama. Selain menulis tinjauan kritis bersubjek pengembangan dan pelestarian budaya Jawa (pewayangan, sastra sampai filsafat Jawa), juga tidak luput pula menulis kritik sosial. Judul tulisannya antara lain : Sumber Daya Air Dan Kekuasaan (Bernas, 13/8/2003), Semar Boyong, Super Semar (Bernas, 24/5/2002), Kapan Perdes Menulis (Bernas, 13/5/2002), Ajaran Ki Hajar (Bernas, 16/1/2002), Sleman Sembada Cuma Hiasan ? (Berna, 27/10/2000), Misteri Lereng Merapi (Bernas, 27/7/2000), Menulis, Cara Menangkal Stres (Kedaulatan Rakyat, 14/11/1998) , Krisis Moral, Krisis Rupiah (Kedaulatan Rakyat, 4/3/1998), Mengagumi Manusia Makhluk Sosial : Mengenai Ibu Teresa (Kedaulatan Rakyat, 20/9/1997), dan masih banyak lagi.

Bapak Soeroyo, adalah penulis surat pembaca dengan topik bahasan yang beragam dengan kupasan yang mendalam. Seperti terungkap dalam tulisannya "Merintis Wadah Epistoholik" (Solopos, 5/12/2003), beliau menulis surat pembaca sejak pensiun dari PNS tahun 1981.

"Setelah pensiun, post-power syndrome saya jauhi, saya harus berani menghadapi kenyataan. Saya beristirahat total setiap hari, dari bangun tidur sampai tidur kembali yang sungguh menjemukan. Guna menghilangkan sebel, saya isi waktu dengan banyak mendengarkan siaran radio, melihat tayangan TV serta banyak membaca.
Apabila ada hal-hal yang tidak laras dengan pola pikir saya, maka saya mencoba menulis yang hasilnya saya kirimkan ke redaksi suratkabar, apa saja. Pertama saya kirimkan ke Sinar Harapan, yang kemudian berganti nama Suara Pembaruan yang saya menjadi pelanggannya.

Ternyata tulisan-tulisan saya banyak dimuat, kemudian tulisan saya kirimkan juga ke Suara Merdeka, Surya, Bernas dan SOLOPOS. Saya merasa senang kalau tulisan saya dimuat, sebab pasti akan dibaca oleh orang banyak. Rupanya inilah salah satu hiburan saya selaku manula wredatama/pensiunan."


KOMENTAR WARGA EPISTOHOLIK INDONESIA :
# Lasma Siregar (las032002@yahoo.com) dari Melbourne, Australia, menulis dalam e-mailnya (13/12/2003) :
Seharusnya kita menulis tentang Mr. Hadiwardoyo dari Kaliurang yang berusia 80 tahun yang juga kebetulan .epistoholik. You are wonderful Pak Hadi, we love you !

Juga Pak Soeroyo dari tepian Bengawan Solo yang bagus tulisan dan pendapatnya. Apalagi istilah yang diciptakannya: TOPP! TOPP = Tua,Optimis, Prima dan Produktif.
Mereka berdua benar-benar bagaikan Chairil Anwar yang bilang: "Luka bisa kubawa berlari. Berlari. Hingga hilang pedih peri dan aku akan lebih tak perduli lagi! Aku mau hidup seribu tahun lagi!"

Well Pak Soeroyo, you are inspiration !

----------------